Pemilihan Rektor dan Logika Akal Sehat

Assalamualaikum.

Proses penjaringan bakal calon rector UNS akan berlangsung dalam waktu sangat dekat. Tingkat popularitas bakal calon di mata dosen, karyawan, dan mahasiswa akan terlihat dari hasil penjaringan itu. Namun demikian, peringkat yang kemudian muncul tentu saja bukan sama sekali gambaran peringkat kemampuan bakal calon dalam perskpektif kepemimpinan, visi, dan apalagi semangat pembaharuan menuju universitas kelas dunia sebenarnya sebagaimana yang menjadi tema pokok pemilihan rector kali ini.

Kenapa demikian? Popularitas berkait sangat erat dengan strategi pencitraan dan impresi public yang kemudian muncul terhadap terhadap diri masing-masing bakal calon. Tentu saja kita berharap bahwa impresi yang mucul itu merupakan pemahaman yang baik dan komprehensif civitas akademika terhadap rekam jejak jangka panjang bakal calon, karena memori jangka pendek yang terbentuk karena berbagai strategi pencitraan menjelang masa pemilihan lebih sering tidak menggambarkan realitas sebenarnya.

Disinilah pemikiran kritis dan logika akal sehat itu dibutuhkan. Sudah saatnya transformasi Universitas Sebelas Maret dibangun di atas fundamen filosofis kuat yang sepenuhnya mengacu kepada penumbuhan nilai-nilai dan budaya akdemik serta sistem inovasi yang bermartabat. Kesadaran pada penting budaya dan nilai akademik yang kuat itulah yang seharusnya menjadi focus setiap civitas akademika UNS saat ini.

Mengacu kepada posting sahabat saya Pak Wiranto [milis sebelasmaret@yahoogroups.com tanggal 25 Agustus 2010], tentu setiap dari kita bersepakat bahwa teramat elok jika energy besar UNS tercinta ini tergiring hanya kepada subyek dan perspektif yang sepenuhnya akademik. Cita-cita menjayakan UNS sebagai sebuah universitas kelas dunia selayaknya (dan semoga) tidak kemudian tergiring kepada dikotomi dan apalagi upaya pembenturan pemikiran atau perspektif apa pun diluar ranah akademik.

Eksistensi UNS sebagai sebuah universitas berkelas dunia adalah keniscayaan yang semestinya kita bangun bersama secara cerdas dan bijaksana. Itu sebabnya saya mengatakan bahwa teramat tak elok jika cita-cita itu menjadi beban administrative seorang manajer tertinggi yang akan menjadi nakhoda biduk besar transformasi kita. Jika kita berkenan mengambil hikmah dari perubahan ciri peran dan posisi strategis universitas Eropa sejak abad ke tiga belas [purposes for teaching a priest] hingga universitas modern dalam perspektif entrepreneurial university masa kini [purposes for improving knowledge-based economy], maka jelas bahwa kesuksesan pola kemimpinan yang hanya berpijak pada pencitraan satu karakter utama sama sekali belum pernah tercatat secara gemilang.

Kesuksesan organisasi modern lebih banyak ditentukan oleh kerjasama (manejemen) kolektif yang lincah (tidak gigantic) dan pemanfaatan sumber daya serta energy secara efisien. Artinya sungguh masuk akal jika kemudian kita berharap bahwa proses suksesi manajer di UNS tercinta ini tidak saja menghadirkan satu sosok rector terpilih, lebih dari itu manajer pendampingnya pun merupakan kumpulan bijaksana dari para karakter andal yang arif membaca peta dan mengelola sumber daya.

Memang benar bahwa ketentuan hukum yang mengatur tata cara pemilihan rektor kita tidak secara eksplisit mewajibkan seorang kandidat rector untuk mengumumkan kepada public siapa saja calon pembantu rector yang akan mendampingi tugas profesionalnya. Kita semua mahfum bahwa sosok pembantu rektor merupakan ranah prerogative rektor terpilih. Namun demikian, saya percaya bahwa siapa pun memiliki peluang untuk menciptakan lompatan besar pembaharuan, keluar dari belenggu ‘pakem’ dan kebiasaan demi menciptakan pembelajaran bijaksana. Saya sangat meyakini bahwa, segenap civitas akademika UNS (pun khalayak akademisi dari universitas lain) akan meletakkan rasa hormat dan apresiasi yang luar biasa kepada kandidat yang berani mengambil pilihan untuk menyajikan isyarat sosok pembantu rector yang kelak mendampinginya. Setidaknya, yang demikian itu memberikan ruang bagi civitas akademika untuk menempatkan asa secara kritis.

Semoga Allah ridha pada hasrat pembaharuan yang menjadi cita-cita kita bersama; semoga kekuatan akal sehat dan pemikiran nan bening menjadi anugerah bagi setiap hati civitas akademika UNS tercinta.