Pahami Teori – Bicara Realitas
Dalam sepekan terakhir saya melakukan ‘eksperimen’ sejenis untuk dua mata kuliah dan kelas berbeda; Perkuliahan Gelombang dan Perkuliahan Fisika Akustik. Kenapa harus ada tanda petik pada kata eksperimen? Tentu saja karena eksperimen yang saya maksud tidak sama sekali serupa dengan eksperimen yang biasa saya kerjakan dengan segala rupa peralatan di lab saya.
Mengawali tahun 2011, saya mengadakan kuis kepada mahasiswa pada dua mata kuliah yang saya ampu. Perlu saya kemukakan bahwa beberapa mahasiswa yang mengikuti kedua kelas tersebut termasuk kategori mahasiswa TOP dalam pengertian mereka memiliki peluang untuk lulus secara cum laude jika dilihat dari aspek IPK mereka. Artinya dari sisi IPK, mereka itu pandai.
Itu pula pertimbangan yang menggelitik saya untuk melakukan eksperimen. Bentuknya sederhana; saya mengubah bentuk soal ujian,dan keluar dari pola soal di dalam buku teks. Pada ‘eksperimen’ pertama saya menyajikan ‘kasus dari dunia nyata’ (real world problem) berupa persoalan deteksi endapan dalam pipa bawah tanah. Saya sajikan gambar pipa, endapan yang harus ditentukan lokasinya, serta posisi lubang kontrol. Mahasiswa diminta untuk mengembangkan model dan kemudian melakukan analisis yang mereka pandang efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Mau tahu apa yang terjadi? ketika saya bertanya ‘siapa yang merasa kesulitan menghadapi persoalan yang disodorkan..?’ Sekitar enam puluh hingga tujuh puluh persen mahasiswa mengangkat tangan dan mengatakan mereka tidak siap atau tidak terbiasa dengan soal aplikasi dari dunia nyata seperti ini…! Wow…!
So, saya bilang pada diri sendiri bahwa saya harus melangkah ke ‘eksperimen berikutnya’.
Pada pertemuan berikutnya, saya beri ujian lagi dengan soal berbeda meski masih ‘dari dunia nyata’. Bunyi soalnya begini: ‘Pilihlah satu topik apa pun yang Anda sukai dari buku teks. Gunakan konsep dari topik tersebut sebagai dasar untukmengembangkan penyelesaian dari persoalan di dunia nyata [entah di bidang industri atau bidang apa pun], atau untukmenjelaskan gejala alam tertentu. Rancanglah eksperimen untuk solusi yang Anda tawarkan tersebut. Diperkenankan untuk membuka buku teks dan atau browsing internet selama ujian berlangsung.’
Hasilnya hampir dapat ditebak, bahkan mahasiswa [yang boleh disebut] paling pandai bermasalah dengan soal terapan seperti ini. Bagi saya, ini masalah serius. Fisika itu bukan hewan abstrak yang tak dapat dipegang. Fisika itu sangat nyata dan terukur, itu sebabnya disebut Fisika. Lebih jauh lagi, Fisika ada di sekitar kita setiap hari..! So, I am sure that, must be something wrong with our innovation system in Physics Dept..!
OK, mari berubah saja, memperbaiki keadaan. Membenahi kesalahan tidak harus dengan melempar kesalahan [kepada siapa pun]. Pun tidak pula bertindak kontra produktif dalam bentuk apa pun.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi contoh penyelesaian. Itu saya kerjakan. Endapan dalam pipa bawah tanah dapat didekati dengan model berbentuk segmen pipa dengan diameter yang lebih kecil. Lalu analisis pulse reflectometry dapat digunakan untuk menentukan lokasi endapan. Analisis impedansi dapat digunakan untuk ‘menduga’ jenis material endapan. Begitu seterusnya, termasuk contoh terapan analisis yang sama untuk mendeteksi lokasi kebocoran pipa. Setelah penjelasan diberikan, saya melihat senyum lebar di wajah sebagian besar mahasiswa saya, sebagian dari mereka bergumam,’…ooo….,ternyata begitu saja ya….’
Saya membayangkan, betapa hebatnya mereka, para anak muda yang [sebenarnya] pandai itu jika secara bersistem dibiasakan untuk merasa dekat dengan relaitas dunia nyata di atas fundamen pemahaman teoretik yang baik. Saya yakin sekali, mereka akan belajar dan terdidik dalam atmosfir berfikir seorang fisikawan penyedia jalan keluar, pencipta inovasi dan pemilik gagasan dan kaya kreatifitas.
Bagaimana memulai transformasinya? Saya merasa [lebih tepatnya menduga saja], bahwa menjadikan kelas sebagai inspiring moment adalah kuncinya. Artinya, saya harus [terus bersemangat] belajar untuk tumbuh menjadi inspiring character; yang mampu memicu sisi dahsyat kreativitas mahasiswa. Ini jelas tak mudah, tapi saya percaya, pengalaman riset yang memadai dapat menjadi salah satu modal menciptakan kelas yang kreatif.
Saya teringat penggalan tulisan kawan saya Pak Tanto ketika beliau mempresentasikan hasil risetnya yang berkait dengan transformasi dalam cara kita mengelola komoditas agro. Reviewernya bertanya, ‘matematikanya dimana…?’ Disitulah tantangannya. Ketika matematika itu telah mengalir di dalam darah Anda; maka tak penting lagi bagi Anda untuk bersusah payah menghafal rumusnya.
Maka [saya memandang] begitu pula tantangan kita dengan memperkaya kelas kita di Jurusan Fisika menjadi kelas yang penuh inspirasi. Ketika Fisika itu telah menjadi spirit yang mengalir di dalam darah, tentu akan membentuk pola pikir dan berpengaruh pada cara kita [kita bekerja untuk] menciptakan solusi. Dampaknya adalah bahwa ‘dunia nyata itu dekat, terdapat peluang, oleh karena itu kita harus bekerja [cerdas] untuk menjadi pemenang.’
What do you think..?