Mangesthi Luhur Ambangun Nagara: Spirit WCU Sebenarnya!
Saat yang teramat penting dalam transformasi universitas kita akan datang dalam bilangan hari. Manajer tertinggi akan terpilih; para kandidat berbenah menata strategi, memperkuat posisi. Semuanya lumrah, sejauh dilaksanakan dalam cara yang santun dan elegan sebagai keniscayaan kaum cendekia.
Mengambil contoh dari pencapaian universitas terkemuka dunia yang umumnya memiliki perspketif sebagai entrepreneurial university maka terdapat hal yang elok untuk dijadikan hikmah baik oleh rektor terpilih maupun segenap civitas academika UNS pada umumnya. Bahwa setiap universitas terkemuka dunia senantiasa membangun sistem inovasi mereka dalam empat ranah penting, conduct of sciences, sciences and technology outcomes, economic outcomes, dan societal outcomes. Salah satu ciri yang paling mudah dilihat adalah pertumbuhan inovasi berbasis riset dalam rangka mengambil peran signifikan membangun pertumbuhan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (purpose for boosting knowledge-based economy).
Berkait dengan hal tersebut, maka siapapun kelak yang akan menjadi rektor baru akan dihadapkan pada tantangan besar akselerasi UNS menuju WCU sebagaimana yang menjadi isu utama dalam pemilihan rektor kali ini. Sistem inovasi yang dibangun oleh rektor terpilih harus dapat menjadi comfort area yang secara selaras melibatkan segenap sumber daya dan jaringan UNS membangun budaya berprestasi.
Berkait dengan itu, kita sesungguhnya memiliki landasan filosofis yang sangat baik untuk membangun system nilai dan budaya berprestasi. Semboyan mangesthi luhur ambangun nagara sebagaimana tercantum dalam logo UNS syarat dengan nilai-nilai keunggulan yang dapat diartikulasikan dalam setiap domain tridharma perguruan tinggi.
Tantangan artikulasi pertama adalah rektor terpilih harus dapat memastikan bahwa setiap scholar UNS mulai dari Guru Besar hingga Asisten Ahli terlibat secara selaras sebagai penyumbang penting dalam peningkatan indeks UNS dalam perspektif WCU. Adalah ironi bagi universitas mana pun di muka bumi jika jumlah scholar yang besar tidak beriringan dengan jumlah publikasi internasional yang besar pula. Pelajaran yang dapat dipetik dari universitas terkemuka adalah bahwa sekolah pascasarjana dan grup-grup riset yang dipimpin oleh para Guru Besar merupakan penyumbang utama kontribusi akademik universitas di tingkat global. Untuk itu, rektor baru juga diharapkan untuk mendefinisikan skema pembiayaan internal khusus untuk stimulus pembiayaan studi S3bagi setiap dosen UNS. Karena sungguh merupakan ironi pula jika masih terdapat staf pengajar UNS yang dipusingkan oleh biaya studi lanjut sementara universitas memiliki puluhan miliar rupiah dana tidak terserap setiap tahunnya.
Tantangan artikulasi kedua adalah menciptakan skema pembiayaan kegiatan pengembangan terfokus dan penegasan target pertumbuhan. Hasrat menjadikan segenap sholar sebagai penyumbang penting dalam pertumbuhan universitas tentu memerlukan strategi yang tepat. Hal pertama yang patut dilakukan adalah membangun pembiayaan terfokus yang berlaku seragam di tingkat universitas. Skema pembiayaan ini setidaknya harus memuat dua hal. Pertama, setiap kegiatan strategis semisal riset dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M), harus direcanakan dan dikelola dalam domain grup. Grup dimaksud dibangun diatas pertimbangan kuat dan merupakan pilihan yang dipandang tepat sebagai ranah komulatif inovasi di tingkat jurusan di masing-masing fakultas. Grup ini dipimpin oleh seorang Guru Besar atau dosen senior yang dipandang ahli dalam ranah kerja grup dimaksud. Keanggotaan grup dapat bersifat trans jurusan, fakultas, bahkan universitas. Interaksi yang baik antara seorang Guru Besar dengan dosen yunior di dalam sebuah grup riset dapat memberikan dampak sangat baik sekaligus menjadi motor dinamika institusi.
Hal kedua adalah menciptakan kategori pembiayaan secara terfokus tersebut diatas. Pola ini setidaknya harus terkategorikan untuk dua ragam pembiayaan kegiatan inovatif. Kelompok kegiatan inovatif pertama didedikasikan misalnya untuk tujuan penguatan kegiatan ekonomi skala mikro masyarakat melalui kegiatan P2M. Ragam inovasinya dapat berupa pengembangan teknologi tepat guna yang kebaruannya cukup dalam kategori old problem new way of thinking.
Kelompok kegiatan inovatif kedua ditujukan untuk penguatan penguasaan ilmu pengetahuan dan inisiasi spin off dalam rangka pengembangan potensi peran membangun ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Pola pembiayaan ini merupakan kategori pembiayaan jangka panjang dan multi tahun. Indikator kinerja kunci baik berupa publikasi internasional maupun aplikasi paten harus terdefinisikan dengan jelas dalam program ini. Kedua kategori pola pembiayaan ini telah dilaksanakan secara internal di FMIPA yang berturut-turut diberi nama Small Business Innovation Research (SBIR) dan Advance Technology Program (ARTP) yang dipayungi skema pembiaayan Technology Transfer and Innovation (TTI) Stimulus. Sangat elok jika model pembiayaan seperti TTI Stimulus ini dapat diterapkan sebagai model pembiayaan standar UNS dan dikelola LPPM. Jika hal ini dapat dilaksanakan, maka tentu pihak universitas dapat mendefinisikan target pertumbuhan pencapaian yang masuk akal setiap tahun pembiayaan.
Tantangan artikulasi ketiga adalah pemilihan strategi branding yang tepat. Memang tak dapat disangkal bahwa upaya branding UNS telah dilakukan dengan beragam cara termasuk di dalamnya berupa program khusus di stasion televisi lokal. Mengacu kepada hasrat menjayakan UNS sebagai sebuah univeritas terkemuka, maka pilihan berpromosi pada segmen masyarakat terbatas dan telah memiliki penilaian perspketif sendiri tentang UNS jelas tidak akan memberikan dampak signifikan. Hal ini mudah dibuktikan dengan fakta demografis daerah asal mahasiswa UNS. Rektor terpilih diharapkan dapat mendorong terciptanya strategi branding yang lebih progresif. Dengan begitu geliat untuk tumbuh ke tataran WCU diikuti oleh tumbuhnya warna Indonesia yang sangat kuat dalam fakta demografis mahasiswa yang memilih UNS sebagai tempat belajar mereka.
Empat kategori impact yang diharapkan muncul dari strategi tersebut di atas adalah: (1). Pencapaian indikator WCU secara signifikan, (2). Improving Local Excellences, (3). Strong domestic and Global Network, dan (4). Strong Power Purchasing Abilities.
Oleh karena itu, dalam keadaan suara Senat Universitas yang boleh dikata telah tersebar , rasanya sungguh mustahil berharap masih ada floating voter diantara mereka anggota senat terhotmat kita. Maka saya memandang bahwa satu-satunya pilihan keberpihakan yang paling masuk akal bagi civitas akademika yang tidak memiliki hak pilih selayak anggota senat adalah keberpihakan kepada nama besar dan panji-panji UNS itu sendiri. Sungguh teramat membuang tenaga jika pada fase seperti sekarang ini civitas akademika UNS masih terkungkung dalam jebakan keberpihakan emosional yang justru membelah cara pandang kita ke dalam kutub atau kubu politik yang tidak semestinya. Sungguh memang benar bahwa proses pemilihan rektor adalah ajang demokrasi dan pembelajaran politik bagi kaum cendekia. Namun lepas dari apa pun bentuknya persaingan, semua itu tak lebih dari keniscayaan yang rutin belaka. Karenanya sungguh pantas jika setiap dari kita dapat memastikannya berjalan sercara elegan dengan kawalan logika akal sehat. Apapun bentuknya kita tidak menggunakan singkong, padi, atau semacamnya sebagai lambang dalam proses yang sedang kita jalankan. Mari kedepankan manajemen prasangka baik, hentikan segala klaim keunggulan, perasaan superior, serta segala hal yang bersifat kontraproduktif. Mari kita berdoa, setiap anggota senat kita diberkati dengan anugerah hati yang bening dan kearifan yang tanpa cela.
Sungguh elok kiranya calon rektor, para sejawat yang bersimpati dan atau menjadi tim sukses, serta segenap civitas akademika UNS dapat kembali berfokus dan mengambil inspirasi dari semboyan mangesthi luhur ambangun nagara untuk memasuki transformasi dan kelahiran baru universitas kita. Bahwa semboyan itu adalah isyarat integritas UNS yang mengandung makna hasrat kuat untuk tumbuh terhormat secara cerdas, memimpin secara bijaksana, dan meraih prestasi berkelas dunia untuk bangsa. Jika kita berkenan merenung, sesungguhnya itulah nilai WCU yang sebenarnya. Bravo UNS.